Sore itu 29 April 2011 dengan sedikit terburu-buru akhirnya kami presentasikan rangkaian operasional perjalanan kami di depan teman-teman Sekretariat, dua ransel 28 lt waktu itu sudah saya isi penuh dengan perlengkapan camp dan logistik. Segera saya nyalakan mesin motor untuk melakukan perjalanan ke ujung selatan tanah Jawa Barat ini, bersama seorang teman bernama Diana perjalanan kami mulai ketika matahari di ufuk barat sudah hampir tenggelam, entah kenapa saya lebih suka perjalanan malam untuk urusan traveling.
Sekitar dua jam melewati kemacetan dan hembusan asap knalpot Kota Bandung, perjalanan kami telah sampai di Kota Cianjur. Motor terus melaju kencang melewati Desa-desa kecil disepanjang jalan antara Kota Cianjur dan Sukabumi , sampai akhirnya tibalah kami di keramaian Kota Sukabumi. Well , saatnya isi perut. Ayam bakar seharga 15rb rupiah menjadi santapan malam kami waktu itu.
Perjalanan belum usai , berdasarkan beberapa sumber yang kami tanya jarak dari Kota Sukabumi ke Ujung Genteng sekitar 100km lagi, belum ada alasan untuk mencari homestay atau mendirikan dome disini. Perjalanan kami lanjutkan malam itu , roda motor terus berputar menggilas habis jalanan menuju Ujung Genteng, ditemani trek yang berliku-liku, menanjak, menurun, dan terkadang dijumpai jalan yang rusak dan kanan kiri jalan ini memang berupa hutan yang cukup lebat.
Tak terasa tiga jam berlalu, motor mulau berjalan melambat dan mata saya melirik jam tangan yang saya kenakan, jam menunjukan pukul 23.30. Malam itu kami putuskan untuk mencari tempat istirahat, disebuah warung sate kambing mesin motor kumatikan untuk selanjutnya memesan kopi, sebuah alibi untuk memulai pendekatan dengan si pemilik warung agar dapat tempat istirahat gratis. Setelah ngobrol ngalor ngidul akhirnya kami dipersilahkan bermalam di warung air mata ibu, yang terletak di Jl.Cirangkong Sukabumi.
warung air mata ibu
Mentari pagi mulai muncul menembus celah celah kecil warung ini, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan, destinasi pertama kami adalah Curug Cikaso sebuah air terjun kembar yang terletak tak jauh dari Surade, kembali trek yang berliku-liku, menanjak, menurun, dan jalan yang rusak mengiringi perjalanan kami menuju Curug Cikaso. Terbelalak mata saya ketika melihat 3 air terjun ini berjejer menyamping. Sambil menikmati percikan buih air terjun kami mendirikan camp persis di depan air terjun ini. Sungguh menarik melihat lulut lumut menyelimuti tebing tebing disekitar air terjun yang memiliki ketinggian 50 meter ini. Derasnya air terjun membentuk kubangan yang luas namun tetap dengan kejernihan airnya.