Selasa, 12 Februari 2013

Eksotisme Ujung Selatan Jawa

Sore itu 29 April 2011 dengan sedikit terburu-buru akhirnya kami presentasikan rangkaian operasional perjalanan kami di depan teman-teman Sekretariat, dua ransel 28 lt waktu itu sudah saya isi penuh dengan perlengkapan camp dan logistik. Segera saya nyalakan mesin motor untuk melakukan perjalanan ke ujung selatan tanah Jawa Barat ini, bersama seorang teman bernama Diana perjalanan kami mulai ketika matahari di ufuk barat sudah hampir tenggelam, entah kenapa saya lebih suka perjalanan malam untuk urusan traveling.

Sekitar dua jam melewati kemacetan dan hembusan asap knalpot Kota Bandung, perjalanan kami telah sampai di Kota Cianjur. Motor terus melaju kencang melewati Desa-desa kecil disepanjang jalan antara Kota Cianjur dan Sukabumi , sampai akhirnya tibalah kami di keramaian Kota Sukabumi. Well , saatnya isi perut. Ayam bakar seharga 15rb rupiah menjadi santapan malam kami waktu itu.

Perjalanan belum usai , berdasarkan beberapa sumber yang kami tanya jarak dari Kota Sukabumi ke Ujung Genteng sekitar 100km lagi, belum ada alasan untuk mencari homestay atau mendirikan dome disini. Perjalanan kami lanjutkan malam itu , roda motor terus berputar menggilas habis jalanan menuju Ujung Genteng, ditemani trek yang berliku-liku, menanjak, menurun, dan terkadang dijumpai jalan yang rusak dan kanan kiri jalan ini memang berupa hutan yang cukup lebat.

Tak terasa tiga jam berlalu, motor mulau berjalan melambat dan mata saya melirik jam tangan yang saya kenakan, jam menunjukan pukul 23.30. Malam itu kami putuskan untuk mencari tempat istirahat, disebuah warung sate kambing mesin motor kumatikan untuk selanjutnya memesan kopi, sebuah alibi untuk memulai pendekatan dengan si pemilik warung agar dapat tempat istirahat gratis. Setelah ngobrol ngalor ngidul akhirnya kami dipersilahkan bermalam di warung air mata ibu, yang terletak di Jl.Cirangkong Sukabumi.


warung air mata ibu

Mentari pagi mulai muncul menembus celah celah kecil warung ini, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan, destinasi pertama kami adalah Curug Cikaso sebuah air terjun kembar yang terletak tak jauh dari Surade, kembali trek yang berliku-liku, menanjak, menurun, dan jalan yang rusak mengiringi perjalanan kami menuju Curug Cikaso. Terbelalak mata saya ketika melihat 3 air terjun ini berjejer menyamping. Sambil menikmati percikan buih air terjun kami mendirikan camp persis di depan air terjun ini. Sungguh menarik melihat lulut lumut menyelimuti tebing tebing disekitar air terjun yang memiliki ketinggian 50 meter ini. Derasnya air terjun membentuk kubangan yang luas namun tetap dengan kejernihan airnya.


Curug Cikaso

Seperti diketahui semakin mendekati air terjun, maka akan semakin dalam air tersebut. Sehingga saya putuskan untuk bermain di pinggiran air terjun saja, sementara banyak pengunjung lain yang berenang. Sebenarnya ada himbauan untuk tidak berenang di dekat air terjun karena bias membahayakan bagi yang belum mahir. Keindahan Curug Cikaso terekam jelas pada memori dan lensa saya.

Camp di depan curug

Setelah puas dengan alam air terjun kami melanjutkan perjalanan ke destinasi utama kami, yaitu pantai tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di pantai Ujung Genteng, sekitar 45 menit perjalanan saya sudah memasuki pintu gerbang Obyek Wisata Ujung Genteng. Jalanan yang begitu rusak membuat pengunjung harus hati-hati membawa kendaraanya. Tak lama saya langsung disapa oleh angin pantai, semilir membelai rambut saya. Ombak pun tidak mau kalah menyambut saya. Pantai Ujung Genteng sendiri didominasi oleh gugusan karang, bukan pasir seperti pantai selatan pulau jawa pada umumnya. Saya terus menelusuri pantai ini sampai akhirnya menemukan sebuah tempat dimana banyak orang memancing ikan disitu, untuk kemudian mendirikan camp ditepi pantai sore itu.

Sunset dikit

Pagi itu kami dibangunkan oleh kesibukan nelayan sepulang melaut, sungguh pemandangan yang jarang saya lihat. Mereka bersama-sama mendorong perahu salah satu nelayan disana tanpa mengaharap imbalan apapun, kebersamaan yang luar biasa.


Sepulang melaut


Sabtu, 29 April 2011 pukul 09.00 kembali saya menelusuri jalan tepian pantai ini menuju ke pantai pengumbahan , tempat penangkaran penyu, di sini saya disuguhkan dengan keunikan penyu. Pantai ini terkenal dengan habitat penyu menetaskan telur-telurnya. Penyu-penyu menjadikan pantai ini sebagai tempat yang paling nyaman untuk bertelur. Jika beruntung pengunjung  dapat melihat penyu penyu itu bertelur pada malam hari. Di depan pintu masuk pantai ini terdapat penangkaran penyu, telur-telur penyu dieramkan dengan sistem penangkaran, tukik yang menetas dari telur tersebut akan dilepaskan kembali ke lautan lepas. Pengunjung juga bias ikut melepaskan penyu penyu ke lautan, biasanya setiap selasa dan sabtu sore anak anak penyu ini dilepaskan ke lautan lepas. Kami melewatka prosesi pelepasan penyu kala itu karena masih terlalu siang kami berkunjung kesana.


Bayi Penyu


Pantai ini berbeda dengan pantai Ujung Genteng yang didominasi karang, pantai ini memiliki hamparan pasir putih yang sangat luas dan memiliki ombak besar layaknya pantai selatan pada umumnya. Jadi jangan coba coba bermain ombak di pantai ini.


Pantai Pengumbahan


Puas meihat penangkaran penyu kami melanjutkan perjalanan ke pantai Amanda Ratu, pantai ini terletak didekat pintu masuk obyek wisata Ujung Genteng, pantai ini sudah cukup memiliki fasilitas yang cukup bagus. Villa, kolam renang, bahkan helipad tersedia di pantai ini. Pantai ini tidak memiliki bibir pantai yang luas, tetapi memiliki sebuah keunikan berupa sebuah pulau kecil yang terletak di muara sungai. Mungkin pantai ini mempunyai kemiripan ya dengan tanah lot di pulau dewata



Pantai Amanda Ratu

Tulisan dan Foto : Muhammad Amin

2 komentar: