Kamis, 21 Februari 2013

Potret Perbatasan

“Ah, Indonesia memang sudah merdeka. Tapi kami ini, lihatlah…“

Akhir tahun 2012 lalu, saya berkesempatan menginjakkan kaki di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kabupaten Malinau yang merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Timur. Luas wilayah Kabupaten Malinau sebesar 42.620,70 km2 dengan persentase 17,38 persen dari luas wilayah Kalimantan Timur. Untuk sampai ke Malinau, saya naik pesawat komersial Lion Air dari Jakarta ke Tarakan, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pesawat “Cessna B208 Grand Caravan” Susi Air yang hanya bepenumpang 8 orang dari Tarakan ke Malinau selama 30 menit.


Tidak banyak yang bisa dilihat dari Kabupaten Malinau, hanya toko-toko kecil yang tidak terlalu ramai. Tetapi gedung-gedung pemerintahan yang seperti layaknya istana boleh dibanggakan oleh kabupaten ini. Gedung-gedung pemerintahannya megah dengan taman yang luas ditambah fasilitas olah raga seperti stadion dan gelanggang olah raga. Dan saya merasa sedikit aneh melihat kota dengan penduduk tak terlalu banyak seperti ini.

Saat itu, tujuan saya ke Malinau adalah untuk urusan pekerjaan, yaitu Site Investigation Survey Telkomsel atau perluasan jaringan telekomunikasi di wilayah perbatasan. Di Malinau, saya berburu tiket pesawat Susi Air Malinau ke Long Ampung. Memang cukup sulit mendapatkan transportasi ke daerah “long”, selain belum adanya transportasi di darat, transportasi udara pun hanya seminggu sekali. Setelah beberapa hari menunggu dan meminta bantuan pegawai Dinas Perhubungan setempat, akhirnya saya mendapatkan tiket ke Long Ampung.

Minggu, 17 Februari 2013

Mahasiswa ITS kunjungi Prodi Sistem Informasi IT Telkom

Sabtu 16 februari 2013, Program Studi Sistem Informasi Institut Teknologi Telkom mendapat kunjungan dari 22 Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HMSI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Kehadiran mereka yang terkesan dadakan dan memang tidak dalam kunjungan yang formal tidak membuat Keluarga Besar Mahasiswa Sistem Informasi (KBSI) IT Telkom berkecil hati dalam mempersiapkan penyambutan dan konsep acara.

Acara yang direncanakan dimulai sejak pukul 13.00 harus diundur hingga jam 14.30 karena tamu KBSI ITT ini mendapat sedikit kendala di perjalanan. Acara ini dibuka dengan kata sambutan yang disampaikan langsung oleh perwakilan mahasiswa KBSI ITT Muhammad Amin dan perwakilan dari HMSI ITS Aditya Ilham Nusantara , Selaku Kadep Hubungan Luar HMSI ITS. 

Foto Bersama HMSI ITS dan KBSI ITT

Selasa, 12 Februari 2013

Eksotisme Ujung Selatan Jawa

Sore itu 29 April 2011 dengan sedikit terburu-buru akhirnya kami presentasikan rangkaian operasional perjalanan kami di depan teman-teman Sekretariat, dua ransel 28 lt waktu itu sudah saya isi penuh dengan perlengkapan camp dan logistik. Segera saya nyalakan mesin motor untuk melakukan perjalanan ke ujung selatan tanah Jawa Barat ini, bersama seorang teman bernama Diana perjalanan kami mulai ketika matahari di ufuk barat sudah hampir tenggelam, entah kenapa saya lebih suka perjalanan malam untuk urusan traveling.

Sekitar dua jam melewati kemacetan dan hembusan asap knalpot Kota Bandung, perjalanan kami telah sampai di Kota Cianjur. Motor terus melaju kencang melewati Desa-desa kecil disepanjang jalan antara Kota Cianjur dan Sukabumi , sampai akhirnya tibalah kami di keramaian Kota Sukabumi. Well , saatnya isi perut. Ayam bakar seharga 15rb rupiah menjadi santapan malam kami waktu itu.

Perjalanan belum usai , berdasarkan beberapa sumber yang kami tanya jarak dari Kota Sukabumi ke Ujung Genteng sekitar 100km lagi, belum ada alasan untuk mencari homestay atau mendirikan dome disini. Perjalanan kami lanjutkan malam itu , roda motor terus berputar menggilas habis jalanan menuju Ujung Genteng, ditemani trek yang berliku-liku, menanjak, menurun, dan terkadang dijumpai jalan yang rusak dan kanan kiri jalan ini memang berupa hutan yang cukup lebat.

Tak terasa tiga jam berlalu, motor mulau berjalan melambat dan mata saya melirik jam tangan yang saya kenakan, jam menunjukan pukul 23.30. Malam itu kami putuskan untuk mencari tempat istirahat, disebuah warung sate kambing mesin motor kumatikan untuk selanjutnya memesan kopi, sebuah alibi untuk memulai pendekatan dengan si pemilik warung agar dapat tempat istirahat gratis. Setelah ngobrol ngalor ngidul akhirnya kami dipersilahkan bermalam di warung air mata ibu, yang terletak di Jl.Cirangkong Sukabumi.


warung air mata ibu

Mentari pagi mulai muncul menembus celah celah kecil warung ini, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan, destinasi pertama kami adalah Curug Cikaso sebuah air terjun kembar yang terletak tak jauh dari Surade, kembali trek yang berliku-liku, menanjak, menurun, dan jalan yang rusak mengiringi perjalanan kami menuju Curug Cikaso. Terbelalak mata saya ketika melihat 3 air terjun ini berjejer menyamping. Sambil menikmati percikan buih air terjun kami mendirikan camp persis di depan air terjun ini. Sungguh menarik melihat lulut lumut menyelimuti tebing tebing disekitar air terjun yang memiliki ketinggian 50 meter ini. Derasnya air terjun membentuk kubangan yang luas namun tetap dengan kejernihan airnya.


Curug Cikaso

The Beauty of Labuan Bajo

Terletak di bibir laut dan mempunyai pelabuhan yang dapat dipastikan akan ramai kedepanya, pelabuhan yang tidak terlalu besar namun dapat dikatakan fasilitasnya sangat lengkap. Dari pelabuhan ini saja mataku sudah dimanjakan dengan pulau-pulau kecil sepanjang mata memandang, hotel, resort, café pun dapat dengan mudah didapatkan di sepanjang jalan sekitar pelabuhan. Imajinasi saya tiba tiba melayang dan membayangkan saya sedang venezia, italia. Namun sepertinya harus ditunda dahulu sebab menurut saya kota ini belum siap.


Labuhan Bajo dari Bukit

Labuhan bajo, kota disepanjang pantai barat pulau flores ini umumnya berbukit, bangunan berjejer memenuhi bukit seperti layaknya di lembang, dengan akses jalan tak terlalu besar melingkar menghuungkan sebua sudut kota. Di jalan utama kota ini terdapat banyak sekali tour agent, sayang sekali hampir semua yang saya singgahi bukan milik orang Indonesia #dafuck. Wajar saja semua orang yang ingin ke pulau komodo atau rinca wajib singgah dikota ini.

Senin, 11 Februari 2013

Melawan Hati

Saturday, 03 Oct 2012 pagi yang kurang begitu baik. Bangun dari tidur di salah satu sudut kamar sebuah hotel kelas lumayan di suatu kota tak begitu besar yang mungkin akan tumbuh besar beberapa decade kedepan seperti kota kota penghasil perut bumi lainya di Kalimantan, Malinau. Hampir seperti biasa begitu mengibaskan selimut dan menuju sudut kamar dengan sebuah meja sederhana, laptop dan sebuah hardisk eksternal . The trees and the wild dengan honeymoon on ice menyulap pagi ini menjadi begitu romantic sambil membuka sebuah folder di salah satu partisi di hardisk ini, my photograpy. Sudah hampir 40 hari rasanya aku meningalkan hiruk pikuk Ibukota dan Bandung yang sedikit dingin itu. Dua kota yang memberikan banyak pengalaman tentang arti sebuah kehidupan dan mengajarkanku tentang sebuah kebahagiaan.

Beberapa saat yang lalu sudah kubuka handphone ku yang tak belom bisa dikatakan smart itu, sebuah pesan singkat kubuka “good morning boy”, senada dengan itu aku membuka social media yang membuatku semakin merindukan teman temanku di tanah sunda sana ataupun seorang wanita yang 4 tahun lalu bertemu denganku di suatu gerbong kereta expres kahuripan jurusan Bandung – Kediri sepulang dia dari salah satu gunung tersohor di Jawa Barat, Gede Pangrango. Rasanya 40 hari ini aku dan mereka begitu jauh, ketidakberuntungan memakai Blackberry CDMA yang tak pernah dapat sinyal di luar jawa – bali membuat menjadi merasa sangat sepi dan bodoh.

Minggu, 10 Februari 2013

Sebuah Perjalanan Kecil Mengalunkan Kemerdekaan


Kemerdekaan Indonesia adalah sebuah perjuangan yang panjang. Alam Indonesia, sebagai salah satu entitas yang diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa ini, telah menjadi sebuah tempat bagi mereka para pejuang, untuk mengabdikan segenap jiwa dan raga di saat berkecamuknya perjuangan meraih kemerdekaan. Sebagai seorang insan yang menghargai itu, sungguh layak bagi kita untuk menghayati bahkan mencari cara untuk lebih menghadirkan makna “perjuangan” di benak diri. Maka tak ayal kami akhirnya memutuskan untuk mencoba lebih memahaminya dengan merasakan sebuah perjuangan. Perjuangan kecil yang kami tujukan untuk tanah air ini, yaitu pendakian Gunung Semeru. “
Pos Perijinan Ranupane
Pendakian gunung yang terletak di Kabupaten Malang dan Lumajang adalah salah satu gerakan kecil kami untuk mengejawantahkan kata “perjuangan” tersebut. Adalah suatu hal rutin yang jamak dilakukan beberapa khayalak umum dan kalangan pecinta alam bahwa setiap tanggal 17 Agustus di Gunung Semeru, diadakan sebuah upacara hari kemerdekaan Republik Indonesia. Bagi kami sendiri, ini adalah pendakian pertama kami ke Gunung Semeru, gunung yang terkenal menghadirkan panorama yang “eksklusif” bagi para pendakinya.