Kamis, 12 September 2013

Goa Batu Cermin , Labuhan Bajo


Labuhan Bajo, kota yang beberapa tahun terakir menjadi sangat terkenal karena di sana merupakan satu-satunya akses terdekat menuju Taman Nasional Pulau Komodo dan Pulau Rinca, malam itu pukul 21.00 setiba di Labuhan Bajo yang pertama saya lakukan adalah mencari penginapan, adalah penginapan cahaya mandiri yang terletak tidak jauh dari pelabuhan labuhan bajo yang menadi pilihan saya waktu itu. cukup murah sewanya, hanya 35000 rupiah satu malam, Rumah kayu dua lantai dengan bagian belakang langsung menghadap laut yang sedikit kotor, sayang. Mungkin hampir semua orang yang datang ke labuhan bajo bertujuan untuk menikmati Taman Nasional Pulau Komodo dan keindahan bawah lautnya, tak heran jika sepanjang jalan soekarno-hatta labuhan bajo berjejer counter counter dive resort yang hampir semua dive resort tersebut dimiliki warga negara asing, anj*ng. Otak saya tidak begitu berbeda dengan sebagian orang yang datang kesini, saya ingin ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca.


Batu Cermin
Pagi itu 10 October 2012, Saya sedikit terlambat bangun padahal rencananya saya berencana pergi ke pelelangan ikan yang menurut saya banyak nelayan yang pergi ke pulau komodo dengan harga yang relative murah. Kesempatan ke pulau komodo belumlah habis, saya berjalan di sepanjang jl.soekarno-hatta untuk sekedar bertanya ke tour agent pulau komodo yang ternyata tidak ada perahu regular yang ke pulau komodo, salah satu caranya adalah saya harus mencarter satu perahu yang dihargai paling murah 800 ribu. Mungkin pulau komodo memang tidak jodoh dengan traveler kere seperti saya. Tidak ingin mensia-siakan kesempatan explorasi labuhan bajo, sayapun mengalihkan tujuan saya ke Goa Batu Cermin yang lokasinya tidak jauh dari labuhan bajo, hanya sekitar 20 menit menggunakan ojek motor saya diantar sampai pelataran sekaligus pintu gerbang obyek wisata goa batu cermin.

Goa ini di temukan oleh seorang pastur sekaligus arkeolog belanda bernama Theodore Verhoven pada 1951, Obyek wisata ini memiliki luas area sekitar 19 Ha dengan tinggi goa sekitar 75 meter ini sedikit sepi ketika saya mengunjunginya. Sesampainya di tempat parkir saya bertemu seorang guide sebut saya ( joe 20 tahun ), membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari tempat pembelian tiket untuk sampai ke mulut goa, di sepanjang jalan yang sudah diberi korn blok ini anda akan disajikan ridangnya lengkungan bambu bambu yang menutupi sepanjang perjalanan anda menuju mulut goa, sungguh unik bambu bambu ini seakan sengaja dirobohkan untuk melindungi kita dari sinar matahari, padahal itu murni tanpa rekayasa manusia.

Jalan Menuju Goa
Memasuki mulut goa tidak ada yang istimewa dari goa ini, bahkan pintu masuk ke dalam goa sudah dilengkapi tangga jadi tidak perlu risau kalaupun belum pernah masuk goa. Sebelum masuk goa anda akan dilengkapi dengan senter dan helm untuk kenyamanan dan keselamatan selama di dalam goa. Begitu masuk goa tentu saja pemandangan akan sangat gelap bahkan harus menunduk ataupun merangkak sekalian untuk menghindari stalaktit yang berada di dinding goa. Sekitar 10 menit memasuki goa kami pun sampai pada sebuah batu yang menyerupai bentuk seorang anak kecil, selain itu masih ada lagi stalaktit yang menyerupari sosok bunda maria dan seekor kura-kura. Menurut penelitian yang dilakukan Verhoven, dia menyimpulkan bahwa goa ini dahulu berada di dasar laut. Kesimpulan itu diambil dari banyaknya penemuan fosil dan koral di dalam goa atau bahkan batu yang menyerupai kura kura tadi juga termasuk salah satu temuan yang menguatkan bahwa goa ini dulunya ada di dasar laut.

Stalaktit Mirip Anak Kecil
Saya sempat bertanya tentang asal usul nama goa ini, sampai akhirnya pada suatu sudut terdalam goa ini pertanyaanku terjawab oleh sebuah lobang di atas yang ketika siang hari sinar matahari memasuki dalam goa melalui celah yang sempit itu. Saat hujan, air hujan akan memasuki goa dan menimbulkan genangan. Nah, genangan air yang terkena sinar matahari akan membuat Anda bisa melihat wajah sendiri di genangan air hujan yang memenuhi goa. Itulah yang menyebabkan mengapa tempat ini dinamakan Goa Batu Cemin.

Tulisan dan Foto : Muhammad Amin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar